Tariq Ramadhan: Tokoh Ilmuwan Pembaharu Islam
Seorang tokoh muda yang penuh semangat, Prof. Dr. Tariq
Ramadhan. Namanya disebut di majalah Time sebagai salah satu dari 100 inovator
yang paling penting di abad 21. Mewakili generasi baru reformis Islam, ia mendukung
eksplorasi dan penerapan tradisi Islam dan nilai-nilai dalam konteks
plularistik modern, menyerukan para muslim di dunia Barat agar merangkul budaya
Barat daripada menolaknya.
Lahir pada 26 Agustus 1962 di Geneva, Switzerland. Ayahnya,
Said Ramadhan merupakan tokoh terkemuka Ikhwanul Muslimin yang diungsikan oleh
Gamal Abdul Naser dari Mesir ke Switzerland. Ibunya, Wafa Al-Banna adalah anak
tertua dari Hassan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin.
(Baca juga: kain tenun tapis Lampung terkini)
Akademisi Swiss dan penulis ini menempuh pendidikan tingkat
master pada Philosophy and French Literature dan memegang Ph.D di Arabic and
Islamic Studies dari Universitas Geneva. Ia adalah seorang professor filsafat
di College of Geneva dan Professor Studi Islam di Universitas Fribourg.
Tariq Ramadhan pernah mengajar di College de Saussure,
sebuah sekolah tinggi di Jenewa, Swiss dan menjadi dosen mata kuliah Agama dan
Filsafat di Universitas Fribourg pada tahun 1996-2003. Pada bulan Oktober 2005,
ia mulai mengajar di College St Anthony di Universitas Oxford.
Ramadhan telah menulis lebih dari dua puluh buku yang
mengeksplorasi isu-isu sulit sebagai interpretasi dan reformasi di dalam Islam
itu sendiri dan antara dunia Islam dan umat lainnya di seluruh dunia. Bukunya
meliputi Western Muslims and the Future of Islam, To be a European Muslim, dan
Jihad, Violence, War, And Peace in Islam. Selain itu, ia juga menjadi
contributor artikel diberbagai buku, tinjauan akademis, dan majalah dengan
total lebih dari 700 artikel.
(Baca juga: mengenal kehidupan Ibnu Sina)
Ia mengatakan bahwa seorang muslim harus terlibat dalam arus
utama pembangunan dan menahan diri dari berbagai pembicaraan mengenai diri
mereka yang saat ini dianggap minoritas, karena sesungguhnya umat Islam di
Amerika bukan minoritas. Jika dikalkulasikan antara protestan dan katholik,
jumlah umat Islam di Amerika hampir menyamai jumlah umat katholik dan
mengalahkan jumlah jamaah protestan. Tetapi kaum atheis lebih besar jumlahnya.
Tariq Ramadhan berpendapat bahwa umat Islam di Amerika harus
ikut berbagi tanggung jawab, sebagaimana warga Amerika pada umumnya. Sudah
seharusnya umat Islam di Amerika memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mengubah masyarakat Amerika agar bisa lebih baik lagi, sebagaimana fitrah
seorang muslim untuk selalu menjadi dai dalam kebaikan.
Ramadhan juga menjadi ahli dalam beberapa komisi terkait
Parlemen Brussels dan sebagai anggota beberapa partai pekerja yang khusus
menangani Islam di dunia dan benua, seperti Deutsches Orient Institute, British
Council, Vienna Peace Summit, The Parliament of the World’s Religions 2004 di
Barcelona dan Laicite et Islam komisi dewan Ilmuwan Prancis.
Ramadhan mendirikan Movement des Muslmans Suisses
(pergerakan muslim swiss), yang melibatkan berbagai seminar lintas agama. Ia
menjadi penasehat Uni Eropa mengenai isu-isu agama yang senantiasa dicari
nasihatnya pada komisi Islam dan Sekularisme Uni Eropa.
Pada September 2005, ia diundang untuk bergabung dengan
gugus tugas oleh pemerintah Inggris. Ia juga menjadi presiden dari Jaringan
Euro-Muslim yang berbasis di Brussel.
Sumber:
Pic: https://images.newrepublic.com
Jurnal Halal No. 94 Maret-April Th. SV 2012
No comments:
Post a Comment