Pages

Mengenal Kehidupan Ibnu Sina

Friday, December 11, 2015

Sejak zaman dulu, telah banyak tokoh Islam yang berprestasi dan menjadi tokoh dunia. Salah satunya adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina alias Ibnu Sina yang terkenal dengan kemampuannya menguasai berbagai bidang disiplin ilmu.

Di kalangan masyarakat Barat, ia dikenal dengan nama Avicienna. Selain sebagai ahli kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik, dan sarjana muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja dipemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik.


Ibnu Sina lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan sastra. Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina menghafal Al-Qur’an. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al-Qur’an dan mendalami berbagai karya sastra.

Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah An-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.

Tetapi sebelum itu, Ibnu Sina sudah tekun mempelajari ilmu fikih dari seorang ulama besar bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi, Ibnu Sina tidak keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat saat beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-mages (ilmu astronomi kuno) dan buku ecludis (ilmu arsitektur).

Beliau benar-benar murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat menerangkan rumus-rumus dan berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Bahkan konon dalam ilmu astronomi, beliau sudah sanggup menciptakan sebuah alat yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.

Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga dalam waktu singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.

Semakin lama Ibnu Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan juga diberbagai pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai mendatangi Ibnu SIna untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan ekspreimen-eksperimen mengenai berbagai cara pengobatan di bawah pengawasan dan bimbingan Ibnu Sina.

Tetapi Ibnu Sina tidak mau menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia mau mengajar dan menolong orang-orang sakit dengan ikhlas.

Konon suatu hari Amir Nuh bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu Sina, ia diminta datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, ia sembuh. Bukan main gembira hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata memiliki perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan perpustakaan itu untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari perpustakaan Amir Nuh bin Nasr ini, Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun, Ibnu Sina sudah menguasai berbagai bidang ilmu.

Karya Tulis Ibnu Sina

Di antara tulisan Ibnu Sina yang terkenal adalah Al-Qanun (kedokteran), Al-Syifa, Al-Isyarat (filsafat), dan As-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan sebagai salah satu literature utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu Sina juga menemukan obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien dan menggunakan cara pembiusan untuk mengobati luka.


Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara Eropa saat itu yang masih menganut tahayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit. Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan. Apabila ada seseorang yang sakit, ia disalib pada sebuah pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya dengan kejam sampai setan atau roh halus keluar dari tubuh orang tersebut. Menurut mereka, setan dan roh halus itulah sumber penyakitnya.

Hari-Hari Terakhir Ibnu Sina

Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Allah, menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas, menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an.

Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari Jum’at di bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota tersebut dan hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai belahan dunia.

Sumber:
Pic: http://4.bp.blogspot.com/

Jurnal Halal No. 109 September-Oktober Th. XVII 2014

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License