Sesungguhnya bekam sudah dikenal bangsa-bangsa purba sejak
kerajaan Sumeria berdiri, sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Lalu bekam
berkembang di Babilonia, Mesir, Saba’, dan Persia. Sumeria adalah daerah yang
masuk wilayah Irak, yaitu negeri yang dialir sungat Eufrat dan sungai Tigris.
Pada saat itu, para tabib menggunakan bekam untuk pengobatan para raja.
Tabib-tabib terkenal hanya menurunkan ilmu pengobatannya kepada murid-murid
terpilih. Sedangkan di Cina, bekam berkembang sekitar 2500 tahun sebelum
Masehi, sebelum berkuasanya Kaisar Yao. Di Cina, bekam berkembang dengan
berdasarkan titik-titik akupuntur.
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Di Mesir, bekam sudah ada sejak zaman kekuasaan Fir’aun, sekitar
2500 tahun sebelum Masehi. Pada masa kekuasaan Fir’aun Ramses II, kira-kira
1200 tahun sebelum Masehi, secara tidak sengaja pada masa itu banyak
orang-orang yang dilempari batu, lalu terjadi lebam. Setelah dikeluarkan
darahnya, ternyata banyak yang sembuh penyakitnya.
Pengobatan bekam juga sudah
umum dipakai para tabib disana bersama-sama dengan jenis pengobatan lainnya.
Dalam melakukan bekam, para tabib memakai pedoman titik-titik tertentu di tubuh
pasien. Dalam menentukan titik-titik itu, mereka menggunakan pedoman dalam
lembaran papyrus. Di dalamnya telah digambarkan titik-titik ath-tho’ atau at-ta’ ataupun tun,
namun belum lengkap. Tidak ada perbedaan antara titik-titik besar dan
titik-titik kecil. Gambar tersebut digunakan para tabib untuk pedoman
pengobatan. Titik-titik ini kemudian berkembang hingga ke Yunani, Saba’,
Romawi, Firgria, Bulgaria, dan Isbanji.
Pada zaman Nabi Yusuf, di Mesir terdapat kaum Israil. Di antara
mereka ada yang terkenal sebagai ahli pengobatan dengan bekam ini. Namun, hanya
orang-orang tertentu yang berobat dengan menggunakan metode ini.
Di Persia, yang hidup sekitar 3000 tahun sebelum Masehi, bekam
berkembang bersama pengobatan fashid, yaitu pengobatan untuk
mengeluarkan darah dari tubuh. Bekam juga sudah ada di daerah Suriah dan
Iskandariyah bersama pengobatan fashid, kay,
pembedahan, ramuan herba, tumbuh-tumbuhan laut, akar-akaran, biji-bijian,
bunga, dan getah-getahan.
Di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
bekam sudah banyak dikerjakan para sahabat, bahkan menjadi sunnah dan kebiasaan
mereka. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi waasallam selain
memerintahkan umatnya untuk berobat dengan bekam, juga memberikan petunjuk
tentang tempat-tempat yang baik untuk dibekam. Walaupun beliau sendiri bukan
tabib, namun semua perbuatannya berdasarkan petunjuk Allah Ta’ala.
Pada masa perkembangan Islam sekitar tahun 30 Hijriyah, di
Baghdad, bekam merupakan pengobatan yang paling maju saat itu. Mereka
menggunakan bekam bersama al-kayy bakar, fashid,
dan bekam jubb, yaitu bekam yang khusus terbuat dari gelas kaca
yang indah, pisaunya pun khusus, bentuknya kecil dan tajam. Pisau itu direbus
dulu untuk disterilkan. Para juru bekamnya pun bermacam-macam, dari yang hanya
belajar karena turun-temurun, bekam jalanan, hingga ahli bekam yang
berpendidikan tinggi seperti di lembaga kedokteran tinggi Jundi Syahpur,
Harran, Syam, maupun Iskandariyah. Karena itu, bekam dan fashid yang
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran saat itu, sangat berbeda dengan bekam
yang dilakukan para juru bekam yang tidak berpendidikan kedokteran.
Sumber:
Dr. Wadda’ A. Umar, Sembuh Dengan Satu Titik:
Al-Qowam
No comments:
Post a Comment