Pages

Sebab Tertundanya Pengabulan Doa

Monday, December 14, 2015

Salah satu hal yang terlihat amat mengherankan adalah seorang mukmin berdoa tetapi doanya tidak dikabulkan. Ia tetap berdoa dan terus berdoa. Namun, ternyata ia harus tetap menanti pengabulannya dalam waktu yang cukup lama, bahkan ia tak melihat satu pun tanda akan adanya pengabulan.

Dalam kondisi seperti itu, seorang mukmin mesti mengetahui bahwa apa yang tengah dialaminya adalah sebuah ujian yang memerlukan kesabaran lebih, dan bisikan-bisikan yang bergolak di jiwanya adalah sebuah penyakit yang harus diobati.


Lalu, mengapa Allah Ta’ala menunda, bahkan menolak permohonan hamba-Nya?Pertama, telah jelas, bahwa Allah Ta’ala adalah Pemilik. Seorang pemilik berhak memberikan atau tidak memberikan apa-apa yang dimilikinya. Oleh karena itu, memprotesnya adalah perbuatan yang tiada berguna.

Kedua, telah pasti, Allah Maha Bijaksana. Mungkin kamu melihat dengan pengamatanmu bahwa permohonanmu adalah sesuatu hal yang baik, namun dalam pandangan Allah ternyata dibalik permohonanmu terdapat sesuatu yang membahayakanmu jika disegerakan pengabulannya. Beberapa tindakan dokter terlihat mengandung bahaya jika dilihat dari luar, padahal maksudnya adalah untuk kesembuhan, maka sangat mungkin keterlambatan terkabulnya doa sama seperti tindakan dokter ini.

Ketiga, tidak terkabulnya doa mungkin disebabkan kesalahan yang ada pada dirimu. Mungkin, makananmu mengandung unsur yang haram, ataukah karena kelalaian hatimu saat berdoa. Dapat pula ini sebagai hukuman bagimu atas dosa yang tak juga engkau sesali dengan sungguh-sungguh.

Keempat, ketiadaan apa yang kau inginkan sangat mungkin membuatmu selalu mengiba dan memohon belas kasih kepada Tuhanmu, sedangkan keterkabulan doa seringkali membuatmu lupa pada Dzat yang menciptakanmu. Ini adalah sesuatu yang kasat mata, sebab jika bukan karena keberadaan musibah, barangkali engkau tidak akan pernah mengiba pada-Nya. Allah Maha Mengetahui bahwa makhluk-makhluk-Nya sering melupakan-Nya bila Dia selalu memberi kebaikan padamu. 

Oleh sebab itu, perlulah kiranya Dia memberi cobaan kepada hamba-hamba-Nya disela-sela kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya agar mereka terdorong mendekat kepada-Nya dan memohon dengan hina akan pertolongan-Nya. Dengan demikian, ini termasuk karunia meskipun berbentuk bencana. Bencana yang sesungguhnya adalah tatkala seseorang diberikan sesuatu, lalu ia melupakan penciptanya. (Ibnu Jauzi, Shaid Al-Khathir)


Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License