Pages

Proud be a Moslem

Sunday, December 13, 2015

Berislam merupakan tanggung jawab. Dan tidak ada tanggung jawab yang tanpa konsekuensi. Ketika kita menyatakan diri sebagai muslim, ada banyak tanggung jawab yang mesti kita pikul, dan dibalik tanggung jawab itu tersimpan banyak konsekuensi yang akan menguji kebenaran Islam di dalam hati kita.

Kita harus banyak bersyukur dengan keislaman kita, yaitu bersyukur dengan melakukan banyak amalan. Sedikit orasi namun banyak aksi. Kita pun harus merasa bangga dengan keislaman yang ada pada diri kita karena betapapun banyak dan hebatnya prestasi hidup kita di dunia ini, tidak ada yang lebih pantas untuk kita banggakan kecuali karena kita adalah seorang muslim. Jika kita sadari, maka semua kenikmatan yang telah kita rasakan tidak ada nilainya dibanding dengan nikmat Islam. 

Menjadi seorang muslim tidaklah semua orang bisa meraihnya. Hanyak orang-orang yang dicurahkan rahmat dan hidayah dari Allah saja yang bisa merasakan prestasi gemilang menjadi seorang muslim. Seorang muslim adalah sosok yang tidak pantas bersedih, bermuram durja, atau meratap hanya karena nasibnya di dunia yang mungkin kurang beruntung. Apakah pantas ia bersedih, sementara tuhannya adalah Allah Ta’ala, tauladannya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan pedomannya adalah Al-Qur’an. Bukankah semua itu jauh lebih baik daripada kenikmatan dunia dan seisinya? Oleh karena itu, Allah meingatkan kita dalam Al-Qur’an (yang artinya), “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”


Islamlah yang membuat seorang laki-laki bernama Abdullah bin Mas’ud tidak pernah merasa berkecil hati walaupun fisiknya kurus dan kecil. Bahkan dalam peristiwa Badar,  Abdullah bin Mas’ud berani melompati Abu Jahal yang terjatuh, menginjak dadanya, memenggal kepalanya, dan membawanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga Rasulullah pun bangga dan tersenyum dengan keberanian Abdullah bin Mas’ud.

Islam lah yang menjadikan budak hitam bernama Bilal bin Rabah tidak pernah canggung dan merasa hina ketika berjalan bersama tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Islamlah yang menjadikan kita semua sama di mata Allah. Bukan harta yang menjadikan kita terpandang. Bukan nasab yang menjadikan kita terhormat. Dan bukan pula ketampanan menjadikan kita mulia. Islam lah yang menjadikan kita mulia, dan ketakwaan lah yang membuat kita terhormat.

Dengan Islamlah yang membuat seorang muslim mampu menggenggam dunia ditangannya walaupun dunia berusaha menghimpit mereka dengan jeruji besi, ataupun para penguasa yang benci hingga membelenggu tubuh mereka dengan rantai-rantai. Seorang muslim selalu ceria dan berkarya walaupun tubuhnya terkekang dalam penjara. Seperti Ibnu Taimiyah yang menganggap penjara sebagai taman untuk berkhalwat dengan Allah. Atau seperti Buya Hamka yang menyelesaikan karya monumentalnya Tafsir Al-Azhar justru ketika dibalik jeruji besi.

Islam ibarat bangunan kokoh yang senantiasa berdiri dibawah lindungan Allah Ta’ala, yang membuat kagum setiap orang yang ada di dalamnya, dan membuat iri orang-orang yang berada diluarnya. Seorang muslim merupakan orang-orang yang kuat. Kekuatan mereka tidaklah tertumpu pada fisik mereka, namun kekuatan itu terletak pada akidah mereka yang murni serta. kokohnya keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah Ta’ala. Ketakwaan itulah yang membawa kaum muslimin kepada kedigdayaan.

Ada banyak penguasa dunia yang Allah hancurkan bukan karena kehebatan pasukan dan dengan lengkapnya persenjataan kaum muslimin. Bahkan Allah memenangkan Islam melalui orang-orang yang lapar, tidak bersepatu, dan jumlahnya sangat sedikit. Namun hati-hati mereka bersih, jujur, dan ikhlas kepada Allah Ta’ala. Tatkala mereka yakin bahwa Allah adalah penolong agama-Nya, yang memuliakan tentara-Nya, maka Islam akan tetap kuat dan kokoh sampai kapanpun.

Menjadi muslim merupakan kebanggaan yang tiada bandingnya. Namun harus kita akui, bahwa kaum muslimin pada saat ini tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan. Seolah stempel orang-orang yang tertinggal dan tertindas layak dicapkan pada kaum muslimin pada zaman ini.

Kemiskinan, kebodohan, dan korupsi merupakan kejadian yang dengan mudah dilihat dan didengar sehari-hari di Negara-negara kaum muslimin saat ini. Tentu kita sebagai seorang muslim seharusnya malu dengan keadaan yang hina seperti ini. Tidak ada kata lain kecuali harus bangkit dari segala keterpurukan ini. Kaum muslimin merupakan pemimpin yang sah diatas muka bumi. Tidak mungkin perdamaian, kesejahteraan, dan kemajuan peradaban akan tercipta jika tidak berada dibawah kekuasaan kaum muslimin, orang-orang yang selalu berserah diri kepada Allah. Sementara kepemimpinan dibawah orang-orang kafir hanya akan menimbulkan kedzaliman, kebiadaban, dan pengrusakan.

Dalam sejarah, kedzaliman akan muncul jika Islam tidak berkuasa. Sementara jika Islam berkuasa, maka keadilan akan tegak diatas muka bumi, dan hal itu sudah dibuktikan oleh sejarah.


Sumber:
Diringkas dari Majalah Tarbawi Edisi 111 Thn. 7, 23 Juni 2003 hal. 15-19






Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License