Berislam merupakan tanggung jawab. Dan tidak ada tanggung jawab
yang tanpa konsekuensi. Ketika kita menyatakan diri sebagai muslim, ada banyak
tanggung jawab yang mesti kita pikul, dan dibalik tanggung jawab itu tersimpan
banyak konsekuensi yang akan menguji kebenaran Islam di dalam hati kita.
Kita harus banyak bersyukur dengan keislaman kita, yaitu
bersyukur dengan melakukan banyak amalan. Sedikit orasi namun banyak aksi. Kita
pun harus merasa bangga dengan keislaman yang ada pada diri kita karena
betapapun banyak dan hebatnya prestasi hidup kita di dunia ini, tidak ada yang
lebih pantas untuk kita banggakan kecuali karena kita adalah seorang muslim.
Jika kita sadari, maka semua kenikmatan yang telah kita rasakan tidak ada
nilainya dibanding dengan nikmat Islam.
Menjadi seorang muslim tidaklah semua
orang bisa meraihnya. Hanyak orang-orang yang dicurahkan rahmat dan hidayah
dari Allah saja yang bisa merasakan prestasi gemilang menjadi seorang muslim. Seorang
muslim adalah sosok yang tidak pantas bersedih, bermuram durja, atau meratap
hanya karena nasibnya di dunia yang mungkin kurang beruntung. Apakah pantas ia
bersedih, sementara tuhannya adalah Allah Ta’ala, tauladannya adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan pedomannya adalah Al-Qur’an. Bukankah semua
itu jauh lebih baik daripada kenikmatan dunia dan seisinya? Oleh karena itu,
Allah meingatkan kita dalam Al-Qur’an (yang artinya), “Janganlah kamu bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Islamlah yang membuat seorang laki-laki bernama Abdullah bin
Mas’ud tidak pernah merasa berkecil hati walaupun fisiknya kurus dan kecil.
Bahkan dalam peristiwa Badar, Abdullah bin Mas’ud berani melompati Abu
Jahal yang terjatuh, menginjak dadanya, memenggal kepalanya, dan membawanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga Rasulullah pun bangga
dan tersenyum dengan keberanian Abdullah bin Mas’ud.
Islam lah yang menjadikan budak hitam bernama Bilal bin Rabah
tidak pernah canggung dan merasa hina ketika berjalan bersama tokoh-tokoh
Quraisy seperti Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Islamlah yang menjadikan kita
semua sama di mata Allah. Bukan harta yang menjadikan kita terpandang. Bukan
nasab yang menjadikan kita terhormat. Dan bukan pula ketampanan menjadikan kita
mulia. Islam lah yang menjadikan kita mulia, dan ketakwaan lah yang membuat
kita terhormat.
Dengan Islamlah yang membuat seorang muslim mampu menggenggam
dunia ditangannya walaupun dunia berusaha menghimpit mereka dengan jeruji besi,
ataupun para penguasa yang benci hingga membelenggu tubuh mereka dengan
rantai-rantai. Seorang muslim selalu ceria dan berkarya walaupun tubuhnya terkekang
dalam penjara. Seperti Ibnu Taimiyah yang menganggap penjara sebagai taman
untuk berkhalwat dengan Allah. Atau seperti Buya Hamka yang menyelesaikan karya
monumentalnya Tafsir Al-Azhar justru ketika dibalik jeruji besi.
Islam ibarat bangunan kokoh yang senantiasa berdiri dibawah
lindungan Allah Ta’ala, yang membuat kagum setiap orang yang ada di dalamnya,
dan membuat iri orang-orang yang berada diluarnya. Seorang muslim merupakan
orang-orang yang kuat. Kekuatan mereka tidaklah tertumpu pada fisik mereka,
namun kekuatan itu terletak pada akidah mereka yang murni serta. kokohnya
keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah Ta’ala. Ketakwaan itulah yang
membawa kaum muslimin kepada kedigdayaan.
Ada banyak penguasa dunia yang Allah hancurkan bukan karena kehebatan
pasukan dan dengan lengkapnya persenjataan kaum muslimin. Bahkan Allah
memenangkan Islam melalui orang-orang yang lapar, tidak bersepatu, dan
jumlahnya sangat sedikit. Namun hati-hati mereka bersih, jujur, dan ikhlas
kepada Allah Ta’ala. Tatkala mereka yakin bahwa Allah adalah penolong
agama-Nya, yang memuliakan tentara-Nya, maka Islam akan tetap kuat dan kokoh
sampai kapanpun.
Menjadi muslim merupakan kebanggaan yang tiada bandingnya. Namun
harus kita akui, bahwa kaum muslimin pada saat ini tertinggal dalam berbagai
aspek kehidupan. Seolah stempel orang-orang yang tertinggal dan tertindas layak
dicapkan pada kaum muslimin pada zaman ini.
Kemiskinan, kebodohan, dan korupsi merupakan kejadian yang
dengan mudah dilihat dan didengar sehari-hari di Negara-negara kaum muslimin
saat ini. Tentu kita sebagai seorang muslim seharusnya malu dengan keadaan yang
hina seperti ini. Tidak ada kata lain kecuali harus bangkit dari segala
keterpurukan ini. Kaum muslimin merupakan pemimpin yang sah diatas muka bumi.
Tidak mungkin perdamaian, kesejahteraan, dan kemajuan peradaban akan tercipta
jika tidak berada dibawah kekuasaan kaum muslimin, orang-orang yang selalu
berserah diri kepada Allah. Sementara kepemimpinan dibawah orang-orang kafir
hanya akan menimbulkan kedzaliman, kebiadaban, dan pengrusakan.
Dalam sejarah, kedzaliman akan muncul jika Islam tidak berkuasa.
Sementara jika Islam berkuasa, maka keadilan akan tegak diatas muka bumi, dan
hal itu sudah dibuktikan oleh sejarah.
Sumber:
Diringkas dari Majalah Tarbawi Edisi 111 Thn. 7, 23 Juni 2003
hal. 15-19
No comments:
Post a Comment