Pages

Konsep Keimanan Pada Rasul

Monday, December 14, 2015

Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah Ta’ala semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36).

Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24).


-          Definisi Nabi dan Rasul

Menurut bahasa, nabi berasal dari kata nabba-a wa anba-a yang berarti akhbaru (mengabarkan). Jadi nabi adalah seseorang yang memberitakan dari Allah dan dirinya diberi kabar dari sisi-Nya. Dapat juga berasal dari kata naba yang berarti ‘alaa war tafa’a (tinggi dan naik), sehingga nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat serta kedudukannya. Sedangkan menurut istilah, nabi adalah seorang laki-laki yang diberi kabar (wahyu) oleh Allah Ta’ala berupa syariat terdahulu (sebelumnya) dan mengajarkannya kepada orang-orang disekitarnya.

Adapun rasul secara bahasa adalah orang yang mengikuti berita-berita orang yang mengutusnya. Rasul merupakan nama bagi risalah atau bagi yang ditulis, sedangkan irsal adalah pengarahan. Menurut istilah, rasul ialah seorang laki-laki merdeka yang diberi wahyu oleh Allah Ta’ala dengan membawa syariat dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya, baik orang yang tidak ia kenal maupun yang memusuhinya.

-          Perbedaan Antara Nabi dan Rasul
  1. Kenabian (nubuwah) adalah syarat kerasulan (risalah), sehingga tidak bisa menjadi rasul seseorang yang bukan nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap rasul merupakan nabi, namun tidak setiap nabi menjadi rasul.
  2. Rasul membawa risalah kepada suatu kaum yang tidak mengerti tentang agama dan syariat Allah Ta’ala; atau kepada kaum yang telah mengubah syariat dan agama, untuk mengajari mereka serta mengembalikannya ke syariat yang benar. Jadi, rasul adalah hakim bagi kaum tersebut. Sedangkan nabi diutus dengan dakwah kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya.
Kenabian Merupakan Anugerah Ilahi

Kenabian bukanlah suatu tujuan yang dapat diraih dengan perjuangan secara sungguh-sungguh atau melalui cara-cara tertentu. Namun kenabian adalah kedudukan tinggi yang diberikan Allah Ta’ala karena karunia-Nya kepada siapa saja dari makhluk-Nya yang dikehendaki-Nya. Oleh sebab itu, Dia mempersiapkannya agar sanggup memikul tugas-tugas kenabian. Kenabian menjadi bagian dari nikmat Allah dan rahmat yang dianugerahkan kepada sebagian makhluk-Nya berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya, serta tidak diberikan kepada orang yang mencari atau mengharapkannya. 

Allah Ta’ala berfirman
Artinya:  “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)

Allah Ta’ala menceritakan ucapan Ya’kub kepada anaknya, Yusuf ‘alahissalam dengan firman-Nya
Artinya: “Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi).” (QS. Yusuf: 6)

-          Sifat-Sifat Rasul

Rasul adalah seorang manusia, laki-laki, merdeka yang Allah memilihnya dari nasab pilihan. Dia menjadikannya orang yang paling sempurna akalnya, suci jiwanya, dan paling utama penciptaannya, untuk menunaikan tugas-tugas besar seperti menerima wahyu, menaatinya, menyampaikannya, serta memimpin umat. Maka para rasul adalah panutan dalam sifat dan akhlak. Di antara sifat dan akhlak mereka yang terpenting yaitu:

1. Shidq (jujur dan benar)
Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam: 54)
Sifat shidq merupakan inti risalah dakwah yang dengannya akan lurus segala urusan dan berbuah amal perbuatan, sedangkan kadzib (bohong, dusta) adalah sifat kekurangan yang mustahil bagi manusia pilihan, bahkan merupakan kemaksiatan yang mereka peringatkan.

2. Sabar
Allah Ta’ala mengutus para rasul-Nya kepada manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, mengajak umat manusia untuk taat kepada Allah Ta’ala, serta memperingatkan mereka agar tidak mendurhakai-Nya. Ini adalah tugas berat yang tidak semua orang mampu memikulnya. Hanya orang-orang pilihan yang sanggup untuk menunaikannya. Oleh karenanya, para rasul menemui berbagai macam kesulitan dan rintangan, namun mereka tetap bersemangat dan tidak mundur dari jalan dakwah.

Artinya: “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (QS. Al-Ahqaf: 35)

-          Jumlah Rasul dan Nabi

Jumlah nabi dan rasul sangatlah banyak. Sebagian ada yang Allah jelaskan nama-nama dan kisah mereka dalam Al-Qur’an, namun ada sebagian dari mereka yang tidak diketahui namanya dan tidak ceritakan kisahnya kepada kita.

Jumlah rasul dan nabi yang Allah jelaskan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dan Allah kisahkan kepada kita tentang kehidupan mereka, yaitu sebanyak dua puluh lima orang. Mereka yaitu:
  1. Adam ‘Alaihissalam
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS. Thaha: 115).
  1. Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth.
Allah Ta’ala menyebutkan nama-nama para nabi dan rasul-Nya, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesunggunnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh, sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu DaudSulaimanAyyubYusufMusa, dan Harun.

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang memberi berbuat baik, dan ZakariaYahyaIsa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih; dan IsmailIlyasaYunus, dan Luth masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya); (dan Kamu lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus.

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah (pemahaman agama), dan kenabian.” (QS. Al-An’am: 83-89).
  1. Idris ‘Alaihissalam
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka ,kisah) Idris (yang disebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56).
  1. Hud ‘Alaihissalam
“Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada meraka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 123-125).
  1. Shalih ‘Alaihissalam
“Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.’” (QS. Asy-Syu’ara: 141-143).
  1. Syu’aib ‘Alaihissalam
“Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul, ketika Syu’aib berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 176-178).
  1. Zulkifli ‘Alaihissalam
“Dan ingatlah akan Isma’il, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shad: 48).
  1. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40).

Kita mengimani secara global terhadap para nabi dan rasul yang tidak diketahui namanya dan yang tidak Allah kisahkan kepada kita. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78).

Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu nabi, di antara mereka terdapat tiga ratus lima belas rasul, merupakan jumlah yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani).

-          Hikmah Diutusnya para Rasul dan Nabi

1. Menyerukan manusia agar beribadah kepada Allah Ta’ala semata, dan melarang beribadah kepada selain-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36).

2. Menjelaskan jalan menuju Allah Ta’ala.
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).

3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Allah Ta’ala pada Hari Kiamat.
“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu.’ Maka orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hajj: 49-51).

4. Menegakkan hujjah (argumentasi) bagi manusia.
“(Mereka Kami utus) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165).
-          Karakteristik Rasul dan Nabi
  1. Semua rasul dan nabi adalah dari golongan laki-laki yang dipilih dan dipersiapkan oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43).
  2. Semua rasul dan nabi adalah manusia biasa. Mereka juga makan, minum, lupa, tidur, menderita sakit, dan meninggal.
“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak ke-mudharat-an kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa ke-mudharat-an. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-A’raf: 188).

-          Keistimewaan Rasul dan Nabi
  1. Allah Ta’ala memilih mereka sebagai penerima wahyu dan misi kerasulan.
Allah berfirman, “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj: 75).
  1. Mereka terjaga dari kekeliruan (ma’shum) dalam menyampaikan risalah kepada manusia, baik berupa akidah maupun hukum.
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 1-5).
  1. Saat-saat kematian, mereka diberikan pilihan antara dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun ketika sakit, kecuali mereka diberikan hak memilih antara dunia dan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih).
  1. Jasad mereka dimakamkan ditempat mereka wafat.
Dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang nabi dikuburkan, kecuali ditempat ia wafat.” (HR. Ahmad).
  1. Jasad mereka tidak termakan bumi.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami ditujukan kepada engkau, sedangkan engkau dalam keadaan hancur (dimakan tanah)?” Atau mereka berkata, “Telah rusak.” Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Daud).

-          Faedah Beriman Kepada Rasul dan Nabi
  1. Mengetahui rahmat dan pertolongan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, di mana keberadaan para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala.
  2. Mencintai para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw), karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-hamba-Nya.
Daftar Pustaka
Tim Ahli Tauhid. 2005, Kitab Tauhid 2. Jakarta: Darul Haq
Al-Atsari, Abdullah bin Abdul Hamid. 2007. Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim. 2007. Ensiklopedia Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press



Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License