Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan
dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala telah
mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah
Allah Ta’ala semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya
sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para
rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja)
dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36).
Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau
nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan
membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang
diperbaharui. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada
padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24).
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
- Definisi
Nabi dan Rasul
Menurut bahasa, nabi berasal dari kata nabba-a wa
anba-a yang berarti akhbaru (mengabarkan).
Jadi nabi adalah seseorang yang memberitakan dari Allah dan dirinya diberi
kabar dari sisi-Nya. Dapat juga berasal dari kata naba yang
berarti ‘alaa war tafa’a (tinggi dan naik), sehingga
nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat serta kedudukannya.
Sedangkan menurut istilah, nabi adalah seorang laki-laki yang diberi kabar
(wahyu) oleh Allah Ta’ala berupa syariat terdahulu
(sebelumnya) dan mengajarkannya kepada orang-orang disekitarnya.
Adapun rasul secara bahasa adalah orang
yang mengikuti berita-berita orang yang mengutusnya. Rasul merupakan
nama bagi risalah atau bagi yang ditulis, sedangkan irsal adalah
pengarahan. Menurut istilah, rasul ialah seorang laki-laki merdeka yang diberi
wahyu oleh Allah Ta’ala dengan membawa syariat dan ia
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya, baik orang yang tidak ia
kenal maupun yang memusuhinya.
- Perbedaan
Antara Nabi dan Rasul
- Kenabian (nubuwah) adalah syarat kerasulan (risalah), sehingga tidak bisa menjadi rasul seseorang yang bukan nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap rasul merupakan nabi, namun tidak setiap nabi menjadi rasul.
- Rasul
membawa risalah kepada suatu kaum yang tidak mengerti tentang agama dan
syariat Allah Ta’ala; atau kepada kaum yang telah mengubah
syariat dan agama, untuk mengajari mereka serta mengembalikannya ke
syariat yang benar. Jadi, rasul adalah hakim bagi kaum tersebut. Sedangkan
nabi diutus dengan dakwah kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya.
Kenabian Merupakan Anugerah Ilahi
Kenabian bukanlah suatu tujuan yang dapat diraih dengan
perjuangan secara sungguh-sungguh atau melalui cara-cara tertentu. Namun
kenabian adalah kedudukan tinggi yang diberikan Allah Ta’ala karena
karunia-Nya kepada siapa saja dari makhluk-Nya yang dikehendaki-Nya. Oleh sebab
itu, Dia mempersiapkannya agar sanggup memikul tugas-tugas kenabian. Kenabian
menjadi bagian dari nikmat Allah dan rahmat yang dianugerahkan kepada sebagian
makhluk-Nya berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya, serta tidak diberikan kepada orang
yang mencari atau mengharapkannya.
Allah Ta’ala berfirman
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang
yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari
orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih. Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)
Allah Ta’ala menceritakan ucapan Ya’kub kepada
anaknya, Yusuf ‘alahissalam dengan firman-Nya
Artinya: “Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi
nabi).” (QS. Yusuf: 6)
- Sifat-Sifat
Rasul
Rasul adalah seorang manusia, laki-laki, merdeka yang Allah
memilihnya dari nasab pilihan. Dia menjadikannya orang yang paling sempurna
akalnya, suci jiwanya, dan paling utama penciptaannya, untuk menunaikan
tugas-tugas besar seperti menerima wahyu, menaatinya, menyampaikannya, serta
memimpin umat. Maka para rasul adalah panutan dalam sifat dan akhlak. Di antara
sifat dan akhlak mereka yang terpenting yaitu:
1. Shidq (jujur dan benar)
Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah
Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam: 54)
Sifat shidq merupakan inti risalah dakwah yang
dengannya akan lurus segala urusan dan berbuah amal perbuatan, sedangkan kadzib (bohong,
dusta) adalah sifat kekurangan yang mustahil bagi manusia pilihan, bahkan
merupakan kemaksiatan yang mereka peringatkan.
2. Sabar
Allah Ta’ala mengutus para rasul-Nya kepada
manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, mengajak umat manusia
untuk taat kepada Allah Ta’ala, serta memperingatkan mereka agar
tidak mendurhakai-Nya. Ini adalah tugas berat yang tidak semua orang mampu
memikulnya. Hanya orang-orang pilihan yang sanggup untuk menunaikannya. Oleh
karenanya, para rasul menemui berbagai macam kesulitan dan rintangan, namun
mereka tetap bersemangat dan tidak mundur dari jalan dakwah.
Artinya: “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah
kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang
diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka
tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
- Jumlah
Rasul dan Nabi
Jumlah nabi dan rasul sangatlah banyak. Sebagian ada yang Allah
jelaskan nama-nama dan kisah mereka dalam Al-Qur’an, namun ada sebagian dari
mereka yang tidak diketahui namanya dan tidak ceritakan kisahnya kepada kita.
Jumlah rasul dan nabi yang Allah jelaskan nama-nama mereka dalam
Al-Qur’an dan Allah kisahkan kepada kita tentang kehidupan mereka, yaitu
sebanyak dua puluh lima orang. Mereka yaitu:
- Adam
‘Alaihissalam
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu,
maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang
kuat.” (QS. Thaha: 115).
- Ibrahim,
Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria,
Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth.
Allah Ta’ala menyebutkan nama-nama para nabi
dan rasul-Nya, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesunggunnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya.
Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh,
sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari
keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa,
dan Harun.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
memberi berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa,
dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih; dan Ismail, Ilyasa, Yunus,
dan Luth masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat
(di masanya); (dan Kamu lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak
mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih
mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi petunjuk
kepada mereka ke jalan yang lurus.
Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka
kitab, hikmah (pemahaman agama), dan kenabian.” (QS.
Al-An’am: 83-89).
- Idris ‘Alaihissalam
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka ,kisah) Idris (yang
disebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56).
- Hud ‘Alaihissalam
“Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata
kepada meraka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara:
123-125).
- Shalih ‘Alaihissalam
“Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara
mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak
bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu.’” (QS. Asy-Syu’ara: 141-143).
- Syu’aib ‘Alaihissalam
“Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul, ketika Syu’aib berkata
kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara:
176-178).
- Zulkifli ‘Alaihissalam
“Dan ingatlah akan Isma’il, Ilyasa, dan Zulkifli.
Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS.
Shad: 48).
- Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40).
Kita mengimani secara global terhadap para nabi dan rasul yang
tidak diketahui namanya dan yang tidak Allah kisahkan kepada kita. Allah Ta’ala berfirman, “Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78).
Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Abu Dzar radhiallahu
‘anhu berkata, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau
menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu nabi, di antara mereka terdapat
tiga ratus lima belas rasul, merupakan jumlah yang sangat banyak.” (HR.
Ahmad dan At-Thabrani).
- Hikmah
Diutusnya para Rasul dan Nabi
1. Menyerukan manusia agar beribadah kepada Allah Ta’ala semata,
dan melarang beribadah kepada selain-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36).
2. Menjelaskan jalan menuju Allah Ta’ala.
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.
Al-Jumu’ah: 2).
3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Allah Ta’ala pada
Hari Kiamat.
“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang
pemberi peringatan yang nyata kepada kamu.’ Maka orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan
orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan
melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni
neraka.” (QS. Al-Hajj: 49-51).
4. Menegakkan hujjah (argumentasi) bagi
manusia.
“(Mereka Kami utus) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165).
- Karakteristik
Rasul dan Nabi
- Semua
rasul dan nabi adalah dari golongan laki-laki yang dipilih dan
dipersiapkan oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang-orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl:
43).
- Semua
rasul dan nabi adalah manusia biasa. Mereka juga makan, minum, lupa,
tidur, menderita sakit, dan meninggal.
“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi
diriku, dan tidak (pula) menolak ke-mudharat-an kecuali yang dikehendaki Allah.
Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa ke-mudharat-an. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman.’” (QS. Al-A’raf: 188).
- Keistimewaan
Rasul dan Nabi
- Allah Ta’ala memilih
mereka sebagai penerima wahyu dan misi kerasulan.
Allah berfirman, “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari
malaikat dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj: 75).
- Mereka
terjaga dari kekeliruan (ma’shum) dalam menyampaikan risalah kepada
manusia, baik berupa akidah maupun hukum.
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat
dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS.
An-Najm: 1-5).
- Saat-saat
kematian, mereka diberikan pilihan antara dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak
ada seorang nabi pun ketika sakit, kecuali mereka diberikan hak memilih antara
dunia dan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih).
- Jasad
mereka dimakamkan ditempat mereka wafat.
Dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah
seorang nabi dikuburkan, kecuali ditempat ia wafat.” (HR. Ahmad).
- Jasad
mereka tidak termakan bumi.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
bagaimana shalawat kami ditujukan kepada engkau, sedangkan engkau dalam keadaan
hancur (dimakan tanah)?” Atau mereka berkata, “Telah rusak.” Beliau berkata, “Sesungguhnya
Allah Ta’ala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu
Daud).
- Faedah
Beriman Kepada Rasul dan Nabi
- Mengetahui
rahmat dan pertolongan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, di
mana keberadaan para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala.
- Mencintai
para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw),
karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya
kepada Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi
nasehat kepada hamba-hamba-Nya.
Daftar
Pustaka
Tim Ahli Tauhid. 2005, Kitab Tauhid 2. Jakarta:
Darul Haq
Al-Atsari, Abdullah bin Abdul Hamid. 2007. Intisari
‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim. 2007. Ensiklopedia
Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press
No comments:
Post a Comment