Pages

Konsep Keimanan Pada Allah

Monday, December 14, 2015

Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.

Maksud membenarkan dalam hati yaitu menerima segala ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucap dua kalimat syahadat “laa ilaaha illallahu wa anna muhammadan Rasulullah”. Kemudian yang dimaksud dengan mengamalkan dengan anggota badan adalah hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedangkan anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.


Para salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2-4)

Ayat diatas menetapkan bahwa iman dapat bertambah dengan mendengarkan ayat-ayat Allah, yaitu mereka yang bila disebut nama Allah tergeraklah rasa takutnya sehingga mendorong mereka untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah, tidak mengharap selain-Nya, dan selalu mengadukan hajat-Nya hanya kepada-Nya.

Beriman Kepada Allah

Beriman kepada Allah Ta’ala berarti meyakini bahwa Allah adalah wahid (satu), ahad (esa), fard (sendiri), dan shamad (tempat bergantung). Dia adalah pencipta dan pemiliki segala sesuatu, tiada sekutu dalam kerajaan-Nya. Allah adalah Al-Khaliq (yang menciptakan), Ar-Raziq (Pemberi rezeki), Al-Mu’thi (Pemberi anugerah), Al-Muhyi (yang menghidupkan), Al-Mumit (yang mematikan), dan yang mengatur segala urusan makhluk-Nya.

Hanya Dia yang berhak disembah dalam segala bentuk ibadah, seperti khudhu’ (tunduk), khusyu’khasyyah (takut), inabah (taubat), qashd (niat), thalab (memohon), doa, menyembelih, nadzar, dan sebagainya.

Termasuk beriman kepada Allah Ta’ala adalah beriman dengan segala yang dikabarkan-Nya di dalam Al-Qur’an atau apapun yang disampaikan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya. Dia tidak sama dengan makhluk-Nya, bagi-Nya kesempurnaan mutlak dalam segala hal tanpa menetapkan tamtsil (penyerupaan), serta menyucikan-Nya tanpa ta’thil (menghilangkan maknanya).

Daftar Pustaka
Tim Ahli Tauhid. 2005, Kitab Tauhid 2. Jakarta: Darul Haq
Al-Atsari, Abdullah bin Abdul Hamid. 2007. Intisari ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim. 2007. Ensiklopedia Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press



Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License