Namanya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayah bin
Abd Syams bin Abdu Manaf bin Qushay. Kunyah-nya adalah Abu Abdurrahman
Al-Umawi. Muawiyah dan Abu Sufyan masuk Islam saat terjadi penaklukkan kota
Mekah (Fathu Makkah). Muawiyah juga turut dalam perang Hunain serta menjadi
salah seorang penulis wahyu.
Muawiyah meriwayatkan sebanyak seratus enam puluh tiga hadits
dari Rasulullah.
Beberapa hadits tentang keutamaan Muawiyah, sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, bahwasanya Rasulullah pernah bersabda
kepada Muawiyah, “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai orang yang memberi petunjuk
dan mendapat petunjuk.”
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah, beliau
bersabda, “Ya Allah, ajarilah Muawiyah Al-Quran dan hisab, serta lindungilah
dia dari azab.”
Ka’ab bin Al-Ahbar berkata, “Tidak ada orang yang akan berkuasa
sebagaimana berkuasanya Muawiyah.”
(Baca juga: koleksi
kain tenun tapis Lampung terlengkap)
Ka’ab meninggal sebelum Muawiyah menjadi khalifah. Namun
perkataan Ka’ab memang benar, sebab Muawiyah menjadi khalifah selama dua puluh
tahun. Saat Muawiyah menduduki khalifah, negerinya nyaris aman dari
pemberontakan dan wilayah kekuasaannya begitu luas.
Saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, Muawiyah melakukan
pemberontakan. Ia kembali menolak baiat ketika Al-Hasan diangkat sebagai
khalifah. Al-Hasan akhirnya mengundurkan diri. Muawiyah menjadi khalifah pada
Rabiul Awal tahun 41 Hijriah. Tahun itu disebut dengan ‘Aam Jama’ah (tahun
kesatuan), sebab pada tahun itulah umat Islam bersatu dalam menentukan
khalifah.
Pada 50 Hijriah, Muawiyah menyeru kepada penduduk Syam agar
membaiat anaknya, Yazid, sebagai putra mahkota dan khalifah penerusnya.
Orang-orang Syam pun membaiatnya. Dengan demikian, Muawiyah merupakan orang
pertama yang mengangkat anaknya sebagai putra mahkota.
Muawiyah meninggal pada Rajab tahun 60 Hijriah diusianya yang
ketujuh puluh tahun.
Sumber:
Tarikh Khulafa karya Imam
As-Suyuti, Pustaka Al-Kautsar: Jakarta
No comments:
Post a Comment