Pages

Biografi Abu Hurairah

Monday, December 14, 2015

Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dilahirkan tahun 19 sebelum Hijriyah. Nama beliau sebelum memeluk Islam tidaklah diketahui dengan jelas, tetapi pendapat yang mashyur adalah Abd Syams. Nama Islamnya adalah Abd al-Rahman. Beliau berasal daripada qabilah al-Dusi di Yaman. Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 Hijriyah ketika Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam berangkat menuju Khaibar.  Ketika itu, ibunya belum menerima Islam bahkan menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah lalu bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan meminta Rasulullah berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, lalu mengajaknya masuk Islam. Ternyata ibunya telah berubah pikiran dan bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Setelah pulang dari Perang Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memperluas Masjid Nabawi ke arah barat dengan menambah ruang sebanyak tiga tiang lagi. Abu Hurairah turut terlibat dalam pembangunan ini. Ketika dilihatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."

Abu Hurairah sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga siapa pun yang Rasulullah cintai, maka ia pun ikut mencintainya. Misalnya, Abu Hurairah suka menciumi Hasan dan Husain karena ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suka menciumi kedua cucunya itu.


Dia diberi gelar “Abu Hurairah” karena kegemarannya bermain dengan anak kucing. Diceritakan pada suatu hari ketika Abu Hurairah bertemu Rasullullah, Rasulullah bertanya pada Abu Hurairah tentang apa yang ada dalam lengan bajunya. Setelah dia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan bajunya, lalu dia diberi digelar “Abu Hurairah” oleh Rasullullah. Semenjak itu dia lebih suka dipanggil dengan Abu Hurairah.

Abu Hurairah pindah ke Madinah untuk bekerja. Di sana, ia bekerja menjadi buruh kasar. Sering kali, dia mengikat batu ke perutnya karena menahan lapar. Bahkan, diceritakan bahwa dia pernah berbaring menghampar di mimbar masjid sehingga orang-orang menyangka dia kurang waras. Setelah Rasullullah mendengar berita tersebut, beliau menemui Abu Hurairah kemudian  menjelaskan pada orang-orang bahwa dia berbuat begitu karena lapar, lalu Rasullullah pun segera memberinya makanan.

Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang miskin atau sedang menuntut ilmu yang tinggal di halaman masjid. Pada suatu hari, dia duduk di pinggir jalan dimana orang-orang biasa berlalu lalang sambil mengikat batu ke perutnya. Dia melihat Abu Bakar berjalan lalu dia meminta dibacakan satu ayat Al-Qur’an. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut dengannya dan memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi, Abu Bakar hanya membacakan ayat, kemudian pergi.

Lalu dia melihat Umar ibn Khattab. Abu Hurairah lalu berkata, "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Abu Hurairah kecewa lagi karena Umar melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Abu Bakar.

Tak lama kemudian, datanglah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi tersenyum. Abu Hurairah berkata dalam hatinya, "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya dengan tepat."

Nabi memanggil, "Ya Aba Hurairah!" Abu Hurairah menjawab, "Labbaik, ya Rasulullah!" Lalu Rasululullah berkata, "Ikutilah aku!"

Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah, Rasulullah mendapati ada semangkok susu. "Dari mana datangnya susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberitahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu. Rasulullah memanggil, "Ya Aba Hurairah!" Abu Hurairah menjawab, "Labbaik, Ya Rasulullah!" "Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Rasullullah. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah . Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasullullah, bergabung dengan ahli shuffah di masjid.

Abu Hurairah meriwayatkan banyak hadits disebabkan beliau mendampingi Rasulullah selama tiga tahun, sejak Abu Hurairah memeluk Islam. Abu Hurairah berkata, “…..sesungguhnya saudara kami dari golongan Muhajirin sibuk dengan urusan mereka di pasar dan orang-orang Anshar sibuk bekerja di ladang mereka sementara aku seorang yang miskin senantiasa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Mil'i Batni. Aku hadir di majelis yang mereka tidak hadir dan aku hafal pada saat mereka lupa.” (HR. Al-Bukhari).

Pada mulanya Abu Hurairah mempunyai ingatan yang lemah, lalu beliau mengadu kepada Rasulullah. Rasulullah lalu mendoakan Abu Hurairah agar diberi dengan daya ingat yang kuat. Semenjak itu, Abu Hurairah memiliki daya ingat yang kuat sehingga Abu Hurairah mampu meriwayatkan banyak hadits bahkan yang terbanyak di kalangan para sahabat.

Kisah Abu Hurairah Mengawal Gudang Zakat

Abu Hurairah pernah diberi tugas oleh Rasulullah untuk menjaga gudang hasil zakat. Pada suatu malam, Abu Hurairah melihat seseorang mengendap-gendap akan mencuri, lalu ditangkapnya. Orang itu pun akan dibawanya kepada Rasulullah, tetapi pencuri itu merayu minta dikasihani seraya menyatakan bahwa dia mencuri untuk memberi makan keluarganya yang kelaparan.

Abu Hurairah merasa kasihan lalu melepas pencuri itu dengan syarat orang itu tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Keesokkan harinya, peristiwa tersebut dilaporkan kepada Rasulullah. Rasulullah tersenyum lalu menyatakan bahwa pencuri itu pasti akan kembali.

Ternyata, keesokan malamnya pencuri itu datang lagi. Sekali lagi, Abu Hurairah menangkap pencuri itu lalu ingin diserahkannya kepada Rasulullah. Sekali lagi, pencuri itu merayu sehingga Abu Hurairah merasa kasihan lalu melepaskannya sekali lagi. Keesokkan harinya, dia melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah dan mengulangi sabdanya bahwa pencuri itu pasti akan kembali.

Apabila pencuri itu ditangkap sekali lagi, Abu Hurairah mengancam akan membawanya kepada Rasulullah. Pencuri itu merayu meminta dibebaskan sekali lagi. Ketika Abu Hurairah tidak mau melepaskannya, pencuri itu menyatakan dia akan mengajarkan sesuatu yang baik jika ia di bebaskan. Pencuri itu menyatakan bahwa jika seseorang membaca ayat Kursi sebelum tidur, syaitan tidak akan mengganggunya.

Abu Hurairah merasa tersentuh mendengar perkataan pencuri itu lalu melepaskannya. Keesokkan harinya, dia menceritakan peristiwa tersebut kepada Rasulullah dan bersabda, “Pencuri yang ditemuinya itu adalah pembohong besar, tetapi apa yang diajarkannya kepada Abu Hurairah itu adalah perkara yang benar. Sebenarnya pencuri itu adalah syaitan yang dilaknat.”

Sikap Abu Hurairah Terhadap Fitnah yang Terjadi Pada Masanya

Walaupun pada awalnya Abu Hurairah merupakan orang yang miskin, namun pada suatu hari dia dipinang oleh salah seorang majikannya yang kaya untuk dinikahkan dengan putrinya, Bisrah binti Gazwan. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak memandang status sosial seseorang tapi yang dipandang adalah ketakwaannya. Abu Hurairah dipandang mulia karena ke’aliman dan kesalihannya.

Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya kedalam tiga bagian: untuk membaca Al-Qur’an, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadits. Dia dan keluarganya tetap hidup sederhana walaupun setelah menjadi orang yang kaya. Abu Hurairah suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan memberikan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.

Rasulullah pernah mengutus Abu Hurairah berdakwah ke Bahrain bersama Al-‘Ala ibn Abdillah Al-Hadrami. Dia juga pernah diutus bersama Quddamah untuk mengambil jizyah di Bahrain dengan membawa surat kepada Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.

Kemudian Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain ketika Umar menjadi Amirul Mukminin. Tapi pada tahun 23 Hijriyah, Umar memberhentikannya karena Abu Hurairah dituduh menyimpan uang sebanyak 10.000 dinar. Ketika diperiksa, Abu Hurairah banyak memberikan bukti bahwa harta itu diperolehnya dari berternak kuda dan pemberian orang. Khalifah Umar menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu Abu Hurairah diminta menerima jabatan gubernur kembali, tapi Abu Hurairah menolak.

Khalifah Umar ibn Khattab pernah melarang Abu Hurairah menyampaikan hadits dan hanya membolehkannya menyampaikan ayat Al-Qur’an. Ini disebabkan tersebar kabar bahwa Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadits palsu. Larangan khalifah kemudian dibatalkan setelah Abu Hurairah. menjelaskan hadits mengenai bahaya hadis palsu. Hadis itu bermakna, "Barangsiapa yang berdusta atas padaku (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) secara sengaja, hendaklah mempersiapkan tempat duduknya dalam api neraka." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad).

Ketika kediaman Amirul Mukminin Utsman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal dengan al-fitnatul kubra (fitnah/bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar datang mengawal rumah tersebut. Meski dalam keadaan siap untuk bertempur, Khalifah Ustman ibn Affan melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.

Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah menolak tawaran menjadi Gubernur Madinah. Ketika Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Madinah dengan saran dari Marwan bin Hakam. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia menghembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dengan usia 78 tahun. Abu Hurairah meninggalkan hadits sebanyak 5.374 hadits.

Hadits Abu Hurairah yang disepakati Imam Bukhari dan Muslim berjumlah 325 hadits, oleh Bukhari sendiri sebanyak 93 hadits dan oleh Muslim sebanyak 189 hadits. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah juga banyak terdapat dalam kitab-kitab hadits lainnya.

Kritik terhadap Abu Hurairah Yang dilakukan oleh kaum Orientalis dan Syi’ah

Ada golongan yang meragukan ke-shahih-an hadits-hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah seperti dari golongan orientalis barat, Ignaz Goldziher yang telah memberi kritikan terhadap hadits dan para perawinya termasuk Abu Hurairah. Tuduhan beliau telah mempengaruhi beberapa penulis Islam seperti Ahmad Amin dan Mahmud Abu Rayyah yang mengkritik kedudukan Abu Hurairah sebagai perawi hadits. Tuduhan-tuduhan ini telah disanggah oleh Mustafa al Sibai dalam al Sunnah wa Makanatuha hal. 273-283.

Selain golongan ini, terdapat juga kritikan dari golongan Syi’ah. Hal ini disebabkan Abu Hurairah merupakan pendukung Ustman ibn Affan dan juga pernah menjadi pegawai dinasti Umayah. Penolakannya untuk  menjabat gubernur yang ditawarkan oleh Khalifah Ali dan ketiadaan hadits yang berisi pujian atau pengistimewaan kepada Ali dan keluarganya, mungkin merupakan sebab-sebab lain Abu Hurairah dikritik oleh kaum Syi’ah.

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License