Pages

Tentang Kain Tenun Lampung

Thursday, November 19, 2015

Kain tenun tapis tidak dapat dilepaskan dari budaya dan tradisi Lampung. Meski persebaran penggunaan kain tenun tapis di era modern seperti saat ini sudah jauh lebih luas, namun kain tapis tetap menjadi bagian penting dari sebuah tradisi di Lampung. Wastra tapis sejak zaman dulu digunakan sebagai kebutuhan sosial sekelompok masyarakat untuk memenuhi kepentingan adat istiadat. Seperti untuk keperluan pemberian gelar adat, penyambutan tamu penting, upacara perkawinan, dan juga upacara adat mengangkat saudara. Penggunaan kain tenun tapis di era ini masih tetap menjadi bagian dari ritual seperti iringan pernikahan seperti acara seserahan. Kain tapis akan menjadi barang serah-serahan yang akan selalu diberikan oleh keluarga dan dibawa oleh calon mempelai. Melalui tradisi ini terdapat pesan bahwa wastra Lampung ini telah menjadi sebuah warisan yang harus dijaga dan dilestarikan. (baca juga: koleksi tapis hiasan dinding)

RAGAM TAPIS

Kain Tapis Lampung ini ada banyak sekali macamnya, salah satunya yang terkenal adalah sarung Tapis dan masih banyak lagi yang lainya dalam bentuk yang Kain baik model baju, kebaya, dan lain sebagainya. Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi.

Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini.
Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500-1700.
Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal.

NILAI EKONOMI KAIN TAPIS

Proses pembuatan kain tapis tradisional terbilang rumit dan harus dikerjakan secara manual, sehingga pengerjaannya membutuhkan waktu berminggu-minggu. Sehingga jangan heran bila harga kain tapis memang relatif mahal.
Harga kain tapis tradisional amat bervariasi, nilainya tergantung kerumitan motif, proporsi penggunaan benang emas, termasuk umur kainnya. Kain tapis sulam produksi baru biasanya bernilai jutaan rupiah. Namun bila kain tapis sudah berumur puluhan tahun, sehelai kain tapis bisa mencapai nilai ratusan juta rupiah dan menjadi benda koleksi.

Sumber:
http://www.goodnewsfromindonesia.org/
http://www.medialampung.com

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Tapis Jakarta.
Design by Herdiansyah Hamzah - Distributed By Blogger Templates
Creative Commons License